Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Work Hours
Monday to Friday: 7AM - 7PM
Weekend: 10AM - 5PM
Kotabaru, September 2025 – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kotabaru kembali menunjukkan komitmennya yang kuat dalam melestarikan seni dan budaya lokal, terutama teater tradisional Mamanda, yang merupakan salah satu warisan tak ternilai dari Kalimantan Selatan. Melalui serangkaian kegiatan yang terencana, Disdikbud berupaya menjaga agar Mamanda tidak punah dan tetap relevan bagi generasi muda. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan menyelenggarakan Workshop Seni Teater Tradisional Mamanda pada 26-27 September 2025.
Workshop ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan sebuah platform edukasi yang strategis. Di tengah gempuran budaya modern yang semakin masif, seni Mamanda, yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal, menghadapi tantangan besar untuk bertahan. Kegiatan ini dirancang secara khusus untuk mengenalkan kembali seni Mamanda kepada generasi muda di Kotabaru, membangkitkan minat mereka, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya sendiri. Harapannya, mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi pelaku dan penerus seni Mamanda di masa depan.
Selain memperkenalkan seni Mamanda, workshop ini juga memiliki tujuan yang lebih mendalam, yaitu revitalisasi dan regenerasi. Ini adalah momentum penting untuk menyegarkan kembali Mamanda, memberikan ruang kreatif bagi para seniman dan pegiat budaya, serta mempersiapkan bibit-bibit baru yang akan menjadi pilar utama pelestarian seni ini. Sesi-sesi dalam workshop ini diisi oleh para narasumber yang kompeten dari berbagai instansi terkait, seperti Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, UPTD Taman Budaya Provinsi Kalsel, Disdikbud Kotabaru, hingga Dinas Pendidikan Tanah Bumbu. Kehadiran mereka menunjukkan kolaborasi lintas daerah dalam upaya pelestarian budaya.
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kotabaru, H. Edy Cahyono, menekankan pentingnya workshop ini sebagai sarana edukasi yang berkelanjutan. Beliau mengungkapkan bahwa workshop ini hanyalah awal dari serangkaian program yang lebih besar. Kedepannya, Disdikbud berencana untuk terus mengadakan kegiatan serupa secara rutin. Bahkan, sebagai bentuk apresiasi dan promosi, seni Mamanda direncanakan akan tampil dalam dua acara besar di tahun 2026: Festival Budaya Pesisir dan Pagelaran Budaya Seni Kalsel. Langkah ini diharapkan dapat memperluas jangkauan seni Mamanda, menjadikannya semakin dikenal dan dicintai oleh masyarakat luas, serta memastikan bahwa warisan budaya ini akan terus hidup dari generasi ke generasi.
Kotabaru, September 2025 – The Kotabaru Education and Culture Office (Disdikbud) has once again demonstrated its strong commitment to preserving local arts and culture, particularly the traditional Mamanda theater, one of South Kalimantan’s invaluable cultural heritages. Through a series of well-planned initiatives, Disdikbud continues its efforts to ensure that Mamanda does not fade into extinction but remains relevant for younger generations. One concrete step is the organization of the Traditional Mamanda Theater Workshop on September 26–27, 2025.
This workshop is not merely a ceremonial event, but a strategic educational platform. Amid the rapid influx of modern cultural influences, Mamanda, which is rich in noble values and local wisdom, faces significant challenges to survive. The program was specifically designed to reintroduce Mamanda to the youth of Kotabaru, spark their interest, and foster pride in their own cultural identity. The ultimate hope is that they will not only become audiences but also practitioners and successors of Mamanda in the future.
Beyond reintroducing Mamanda, the workshop carries a deeper mission: revitalization and regeneration. It marks an important moment to breathe new life into Mamanda, provide creative space for artists and cultural activists, and prepare a new generation that will serve as the backbone of its preservation. The sessions were led by competent speakers from various institutions, including the Banjarmasin City Education Office, South Kalimantan Cultural Park (UPTD), Kotabaru Disdikbud, and the Tanah Bumbu Education Office. Their participation reflects cross-regional collaboration in cultural preservation efforts.
Head of the Cultural Division of Kotabaru Disdikbud, H. Edy Cahyono, highlighted the significance of this workshop as a sustainable educational initiative. He emphasized that this workshop is only the beginning of a broader series of programs. Moving forward, Disdikbud plans to continue organizing similar activities regularly. Moreover, as a form of appreciation and promotion, Mamanda is scheduled to be featured in two major events in 2026: the Coastal Cultural Festival and the South Kalimantan Cultural Arts Performance. These efforts are expected to expand the reach of Mamanda, making it more widely recognized and cherished by the public, while ensuring that this cultural heritage continues to thrive across generations.